BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada saat anak
beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk melakukan
komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak
terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai
mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka
sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi
tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dan lain
sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya kekhawatiran pada
anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun perkembangan
kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk mengatasinya?
Pendekatan
terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan. Komunikasi yang
efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting dilakukan karena akan
membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik. Untuk
menciptakan komunikasi yang efektif orang tua perlu memahami karakteristik
remaja.
Sebagai seorang
perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan remaja. Perawat bisa
menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya orang tua bisa
diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang diberikan
perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi pelaksanaan di
setiap tindakan keperawatan. Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai
komunikasi terapeutik pada klien remaja.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini dirumuskan menjadi lima pertanyaan.
1. Bagaimana
perkembangan komunikasi remaja?
2. Apa
tujuan komunikasi remaja?
3. Apa
saja faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja?
4. Apa
saja teknik komunikasi pada remaja?
5. Bagaimana
penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja?
C.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah
ini yaitu untuk mengetahui:
1. perkembangan
komunikasi remaja;
2. tujuan
komunikasi remaja;
3. faktor
yang mempengaruhi komunikasi remaja;
4. teknik
komunikasi remaja;
5. penerapan
strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja;
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Komunikasi Remaja
Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari
anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian pola piker dan tingkah lakunya
merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa
cemas dan stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya
dan/atau orang dewasa yang ia percaya terutama orang tua dan termasuk juga
perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai
keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam
berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah yang
bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang
mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai pandangan remaja serta
menerima perbedaan. Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari
mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki atau
interogasi. Kita harus menghormati privasinya dan berikan dukungan atas hal
yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan reinforcement positif.
B. Tujuan
Komunikasi Remaja
Tujuan
melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah sebagai berikut.
1.
Membangun
hubungan yang harmonis dengan remaja
2.
Membentuk
suasana keterrbukaan dan mendengar
3.
Membuat remaja
mau berbicara ketika mempunyai masalah
4.
Membuat remaja
mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara
5.
Membantu remaja
menyelesaikan masalah
C.
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
remaja, yaitu sebagai berikut.
1.
Pendidikan
Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara efektif
2.
Pengetahuan
Semakin
banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif
3.
Sikap
Bila
komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak berlangsung
efektif
4.
Usia tumbang dan
status kesehatan remaja
Bila ingin
berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung efektif
5.
Saluran
Saluran
sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke komunikan
dengan baik
6.
Lingkungan
D.
Teknik Komunikasi pada Remaja
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang
penting dalam menjaga hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula
perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja
yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa
cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, yaitu sebagai berikut.
1.
Melalui orang
lain atau pihak ketiga
Cara
berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan kepercayaan
diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan
orang tua secara langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat
digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2.
Bercerita
Melalui
cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan
melalui tulisan.
3.
Memfasilitasi
Memfasilitasi
adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon anak
remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan
respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang
jelek pada anak remaja tersebut.
4.
Meminta untuk
menyebutkan keinginan
Ungkapan
ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.
5.
Pilihan pro dan
kontra
Penggunaan
teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.
6.
Penggunaan skala
Pengunaan
skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak
seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
7.
Menulis
Melalui
cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel,
marah dan diam.
E.
Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja
dapat diberikan kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada
orang tua remaja.
1.
Strategi
pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada remaja
Fase orientasi:
a.
Salam terapeutik
Selamat
pagi/siang/malam adik. Dik perkenalkan saya suster Ana Susanti, adik bisa
panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika
boleh tahu nama adik siapa? Ramlan? Nama yang sangat bagus.
b.
Evaluasi/validasi
Baiklah
Dik Ramlan, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih membaik? Syukurlah kalau
begitu.
c.
Kontrak topik,
waktu, tempat
Nah Dik
Ramlan, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah adik dan
mengenai kecelakaan yang adik alami? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk
berbincang-bincang? 20 menit cukup? Baiklah. Dimana kita akan
berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Dik Ramlan
Fase kerja:
Nah Dik Ramlan sekarang bisa ceritakan dengan saya,
kenapa bisa terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik. Jadi dik
ramlan ini kecelakaan gara-gara balapan motor? Kenapa Dik Ramlan bisa ikut
balapan motor? Apakah orang tua adik mengetahui kalau adik sering ikut balapan
motor? Lalu? Jadi adik ikut balapan karena orang tua jarang memperhatikan adik?
Saya mengerti apa yang Dik Ramlan rasakan. Nah berdasarkan apa yang adik
jelaskan tadi, saya bisa pahami kalau masalah Dik Ramlan itu karena jarang
berkomunikasi dan mendapat perhatian dari orang tua, apa benar seperti itu? Iya,
mungkin itu penyebab masalah adik, tetapi kalau
saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat adalah orang tua Adik
itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu karena mereka sayang
dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada orang tua adik agar
memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya. Nah kalau boleh
saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar, karena seperti yang
adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya? Nah sebaiknya Dik Ramlan melakukan
hal-hal yang positif mumpung masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik
miliki, bermain musik, belajar yang giat, siapa tahu adik bisa berprestasi,
tentunya akan membanggakan orang tua dan secara otomatis mereka pasti akan
lebih perhatian dengan adik.
Fase terminasi:
a.
Evaluasi respon
klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana
perasaan Dik Ramlan sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah adik masih ingat
pesan saya tadi? Bagus sekali, adik sudah mengingatnya dengan baik
b.
Tindak lanjut
klien
Nah Dik
Ramlan untuk sekarang bisa beristirahat terlebih dahulu ya
c.
Kontrak yang
akan datang yaitu topik, waktu, tempat
Sebentar lagi
saya akan kembali ke sini ya dik, saya akan memindahkan Dik Ramlan ke ruangan
perawatan, tentunya setelah urusan administrasi selesai ya. Terimakasih atas
perhatian adik. Selamat malam.
2.
Strategi
pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada orang tua
Fase orientasi:
a.
Salam terapeutik
Selamat
pagi/siang/malam ibu. Bu perkenalkan saya suster Ana Susanti, ibu bisa panggil
saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika boleh tahu
nama ibu siapa? Ibu Susi? Nama yang sangat bagus.
b.
Evaluasi/validasi
Baiklah
Ibu Susi, bagaimana keadaan anaknya sekarang? Sudah lebih membaik? Syukurlah
kalau begitu.
c.
Kontrak topik,
waktu, tempat
Nah Ibu
Susi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah anak ibu? Berapa
lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 20 menit cukup?
Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Ibu Susi
Fase kerja:
Boleh ibu jelaskan bagaimana kebiasaan ibu dan
keluarga di rumah dengan Ramlan? Saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak
usia remaja seperti Ramlan ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi,
karena mereka pada usia ini sangat memerlukan pendampingan, karena jika
dibiarkan tanpa pengawasan takutnya anak salah memilih pergaulan. Iya bagus
sekali komitmen Ibu Susi kalau begitu, nah akan lebih baik lagi jika Ibu sering
berkomunikasi dengan Ramlan bu. Apakah ibu tahu bagaimana cara membangun
komunikasi yang baik dengan keluarga? Jadi ibu belum tahu? Baiklah akan saya
jelaskan. Pada usia remaja sebaiknya anak dianggap seperti sahabat, artinya Ibu
perlu melibatkan, mendengarkan dan menghargai pendapat dia dan mengarahkan
hal-hal yang kurang baik. Apakah ibu mengerti maksud saya? Iya bagus sekali Ibu
Susi.
Fase terminasi:
1.
Evaluasi respon
klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana
perasaan Ibu Susi sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah ibu masih ingat pesan
saya tadi? Bagus sekali, ibu sudah mengingatnya dengan baik
2.
Tindak lanjut
klien
Nah Ibu
Susi sekarang dan selanjutnya bisa mencoba untuk membangun komunikasi yang lebih
baik dengan Ramlan ya.
3.
Kontrak yang
akan datang yaitu topik, waktu, tempat
Ibu Susi
untuk sekarang bisa ikut saya sebentar ke ruang perawat. Kita akan membahas
mengenai administrasi Ramlan kurang lebih 10-15 menit. Mari ibu, ikut saya.
ROLE PLAY KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA KLIEN REMAJA
Ilustrasi:
Suatu
hari seorang pemuda yang berusia 16 tahun yang bernama Ramlan mengikuti balap
motor liar di jalan Ciliwung bersama teman-temannya, namun naas Ramlan
mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki dan tangannya luka. Seorang
laki-laki yang tepat melihat kejadian itu langsung membawa Ramlan ke IGD RSWB.
Perawat dan dokter kemudian langsung memberikan penanganan kepada Ramlan.
Setelah diberikan penanganan, kondisi Ramlan membaik dan dia masih ditempatkan
di ruangan IGD karena keluarganya belum datang. Perawat Ana kemudian
menghampiri Ramlan untuk menanyakan kondisinya.
Perawat Ana : “Selamat malam” (Tersenyum).
Ramlan : “Malam suster” (Termenung)
Perawat Ana : "Dik, perkenalkan saya perawat Ana Susanti, Adik bisa
panggil saya suster Ana. Saya perawat yang bertugas pada malam ini. Jika boleh
tahu nama Adik siapa?”
Ramlan : “Nama saya Ramlan Raharjo suster, suster panggil saja
Ramlan”
Perawat Ana : “Baiklah Dik Ramlan, bagaimana keadaannya sekarang?”
Ramlan : “Ya masih begini-begini saja sus”
Perawat Ana : “Maaf Dik Ramlan, bisa dijelaskan lagi maksud dari kata masih
begini-begini saja itu apa?”
Ramlan : “Begini sus, tangan dan kaki saya masih sedikit sakit,
tetapi saya rasakan sudah lebih membaik setelah diberi tindakan tadi”
Perawat Ana : “Saya mengerti yang anda rasakan Dik Ramlan. Nah bagaimana kalau
kita berbincang-bincang mengenai masalah Adik, dan mengenai kronologis
kecelakaannya. Apakah Dik Ramlan bersedia?”
Ramlan : “Hmmm….” (Ragu-ragu)
Perawat Ana : “Dik Ramlan bisa menceritakannya kepada saya, saya akan berusaha
semampu saya untuk membantu” (Mempertahankan kontak mata, sedikit membungkuk,
bersikap terbuka)
Ramlan : “Baiklah saya bersedia suster Ana”
Perawat Ana : “Nah kalau begitu kita disini akan berbincang-bincang selama
kurang lebih 20 menit ya Dik Ramlan?”
Ramlan : “Iya suster”
Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa
terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik”
Ramlan : “Hmm… Anu suster, tadi itu saya balapan motor dengan
teman-teman saya, nah pas tikungan ban motor saya kepleset dan akhirnya saya
seperti ini” (Menggaruk-garuk kepala)
Perawat Ana : “Jadi Dik Ramlan ini kecelakaan gara-gara balapan motor?”
Ramlan : “Hehe… Iya suster” (Menggaruk-garuk kepala)
Perawat Ana : “Kenapa Dik Ramlan bisa ikut balapan motor?”
Ramlan : “Ya beginilah anak muda suster, biar dibilang gaul gitu
loh”
Perawat Ana : “Nah, terus apakah orang tua Dik Ramlan mengetahui kalau Adik
sering ikut balapan?”
Ramlan : “Orang tua saya itu tidak peduli dengan saya”
Perawat Ana : (Diam dan mempertahankan kontak mata)
Ramlan : “Mereka itu sangat jarang di rumah suster, mereka sibuk
sendiri dengan pekerjaan mereka”
Perawat Ana : “Lalu?”
Ramlan : “Ya saya cari kesibukan juga dong, mendingan saya
kumpul dengan anak motor daripada saya dirumah sumpek sendiri”
Perawat Ana : “Jadi apakah Dik Ramlan sering ikut balapan karena orang tua
Adik jarang memperhatikan Adik?”
Ramlan : “Iya bisa dibilang begitu suster, Apalagi mereka itu
galak, kerjaannya ceramahi saya terus. Ya saya jadi kurang betah di rumah”
Perawat Ana : “Iya, saya mengerti apa yang Dik Ramlan rasakan. Kalau saya
perhatikan Adik dari tadi bisa tersenyum menjawab pertanyaan saya, tapi saya
rasa ada yang Adik pikirkan”
Ramlan : “Iya benar suster” (Menunduk)
Perawat Ana : “Apa yang adik pikirkan kalau begitu?”
Ramlan : “Ya tentang tadi itu suster, nanti kalau mereka datang
pasti akan marah-marah”
Perawat Ana : “Mengenai masalah itu, nanti saya akan bicarakan dengan orang
tua Adik ya, jadi tidak usah cemas dulu, sementara kita tunggu kedatangan dari
orang tua Dik Ramlan, tadi sudah dihubungi pihak rumah sakit”
Ramlan : “Iya suster”
Perawat Ana : “Nah berdasarkan apa yang Adik jelaskan tadi, saya bisa pahami
kalau masalah Dik Ramlan itu sebenarnya karena jarang berkomunikasi dan mendapat
perhatian dari orang tua, apakah benar seperti itu?”
Ramlan : “Benar sus” (Menunduk)
Perawat Ana : “Iya mungkin itu penyebab adik merasa kurang nyaman di rumah,
tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat adalah
orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu karena
mereka sayang dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada orang
tua adik agar memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya.
Nah kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar,
karena seperti yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya?”
Ramlan : “Iya sus, saya menyesal” (Menunduk)
Perawat Ana : “Nah sebaiknya Dik Ramlan melakukan hal-hal yang positif mumpung
masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain musik, belajar
yang giat, siapa tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan membanggakan orang
tua dan secara otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan adik”
Ramlan : “Iya suster, saya akan coba untuk berubah”
Ilustrasi:
Saat
Perawat Ana dan Ramlan sedang berbincang-bincang, kemudian akhirnya Ibu Ramlan
datang dan menemui Ramlan.
Ibu
Ramlan : “Ya ampun anakku, kamu tidak
apa-apa kan?” (Cemas)
Ramlan
: (Mengangguk dan menunduk)
Perawat Ana : “Selamat malam Ibu. Saya perawat Ana. Kondisi anak ibu tidak
apa-apa, dia hanya mengalami luka lecet di tangan dan kaki saja, kalau boleh
saya tahu nama ibu siapa?”
Ibu Ramlan : “Syukurlah Ramlan tidak kenapa-kenapa, nama saya Susi sus. Le
leee, kamu itu kenapa toh lee..? Kok bisa seperti ini?”
Ramlan : (Diam dan menunduk)
Perawat : “Begini Ibu Susi, tadi saya sudah berbincang-bincang
dengan Dik Ramlan, adik ini ikut balapan motor dengan temannya dan akhirnya
kecelakaan”
Ibu Ramlan : “Ya ampuun Ram, ibu kan sudah sering peringati jangan ikut
balapan lagi, untung saja kamu tidak terjadi apa-apa”
Ramlan : (Diam dan tertunduk)
Perawat Ana : “Begini Ibu susi, Adik Ramlan ini ikut balapan karena dia ingin
mencari perhatian dari lingkungannya, karena menurut dia di rumah dia tidak
pernah diperhatikan. Kalau boleh saya tahu bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga
di rumah dengan Ramlan?”
Ibu Ramlan : “Saya di rumah dengan suami saya memang jarang bertemu lama
dengan Ramlan karena saya dan suami sibuk dengan pekerjaan, tapi sesekali saya
juga sering menegurnya kalau ada kelakuan dia yang menurut saya aneh. Tapi saya
sangat sayang dengan anak saya ini”
Perawat : “Iya saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja
seperti Ramlan ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi, karena mereka
pada usia ini sangat memerlukan pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa
pengawasan takutnya anak salah memilih pergaulan”
Ibu Ramlan : “Iya suster, mulai sekarang mungkin saya akan lebih memberikan
waktu untuk memperhatikan Ramlan agar tidak terjadi hal seperti ini lagi”
Perawat Ana : “Iya bagus sekali komitmen Ibu Susi kalau begitu, nah akan lebih
baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Ramlan bu”
Ibu Ramlan : “Komunikasi yang bagaimana ya sebaiknya suster?”
Perawat Ana : “Nah seperti ini ibu, pada usia remaja sebaiknya anak dianggap
seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan, mendengarkan dan menghargai
pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang kurang baik, seperti itu Ibu”
Ibu Ramlan : “Iya suster saya akan membiasakan hal seperti itu”
Ramlan : “Ibu Ramlan minta maaf ya selama ini banyak merepotkan
ibu”
Ibu Ramlan : “Iya Ram, Ibu juga minta maaf sering tidak memperhatikan kamu”
Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan seperti itu seharusnya ya, harus berbakti kepada
orang tua. Bagaimana perasaann adik sekarang?”
Ramlan : “Terimakasih suster, sekarang saya sudah lega, akhirnya
hal yang saya tidak bisa sampaikan sekarang sudah diketahui ibu saya langsung”
Perawat Ana : “Iya, selanjutnya adik bisa lebih terbuka lagi dengan orang tua
ya”
Ramlan : “Iya sus”
Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan masih ingat tentang pesan saya tadi?”
Ramlan : “Tentu sus, saya harus lebih terbuka dengan orang tua
dan melakukan hal yang positif dan harus bisa berprestasi”
Perawat Ana : “Iya bagus sekali, nah kalau Ibu Susi bagaimana?”
Ibu Ramlan : “Iya sus, saya dan suami akan lebih meluangkan waktu dan
membangun komunikasi yang baik dengan Ramlan”
Perawat Ana : “Iya seperti itu ya bu. Nah adik sementara bisa istirahat dulu
sekarang, nanti adik dipindahkan ke ruangan agar diberi perawatan hingga sembuh
ya. Nah untuk Ibu Susi nanti bisa ikut saya sebentar untuk mengurus
administrasi ya bu”
Ramlan & : “Iya suster Ana”
Ibunya
Perawat
Ana : “Nah Dik Ramlan sekarang saya akan
ke ruangan perawat dulu bersama Ibu adik ya, nanti kalau sudah selesai saya
akan kembali dan mengantar adik ke ruangan ya”
Ramlan : “Iya, terimakasih banyak
bantuannya ya suster”
Perawat
Ana : “Iya sama-sama Dik Ramlan, Saya
pamit ya, mari Ibu Susi ikut saya sebentar”
Ilustrasi:
Perawat dan ibunya Ramlan kemudian menuju ruangan
perawat untuk menyelesaikan administrasi
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Remaja
adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, oleh sebab itu
diperlukan strategi khusus untuk berkomunikasi dengan remaja.
2. Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun
hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterrbukaan dan
mendengar, membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah, membuat
remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara dan membantu remaja
menyelesaikan masalah.
3. Faktor
yang mempengaruhi komunikasi remaja yaitu pendidikan,
pengetahuan, sikap, usia tumbang status kesehatan remaja, saluran dan Lingkungan
4. Teknik komunikasi pada remaja yaitu melalui orang lain
atau pihak ketiga, bercerita, memfasilitasi, meminta untuk menyebutkan
keinginan, pilihan pro dan kontra, penggunaan skala dan menulis.
5. Penerapan strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah
remaja dapat diberikan kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan
kepada orang tua remaja.
B.
Saran
Berdasarkan
uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak terkait sebagai
berikut.
1. Kepada
orang tua dan perawat ketika menghadapi remaja sangat perlu memahami
karakteristik remaja dan memiliki strategi untuk berkomunikasi agar komunikasi
yang terjadi dapat berjalan efektif
2. Orang
tua dan remaja harus saling membangun hubungan komunikasi yang baik, agar
setiap permasalahan yang terjadi dapat bersama-sama diselesaikan antara orang
tua dan remaja.
DAFTAR
PUSTAKA
Damaiyanti,
Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik
dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Http://haqqienea.blogspot.co.id.
2014. Komunikasi pada Usia Remaja. Diunduh 13 November
2015. Pukul 16.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar