KONSEP DAN METODE DESINFEKSI
by: Ari Gunawan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lingkup
bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang berisiko
terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya
infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadinya
penyebaran infeksi. Selain itu diperlukan juga cara untuk mengurangi atau
bahkan mengatasi infeksi tersebut secara keseluruhan.
Sejalan
dengan itu, program patient safety
yang sekarang sedang digalakkan oleh semua rumah sakit, dimana salah satu
tujuan patient safety yaitu untuk
melindungi pasien dari penularan infeksi yang bisa saja terjadi. Oleh sebab itu
perlu tindakan untuk pencegahan infeksi.
Beberapa tindakan pecegahan infeksi yang
dapat dialakukan adalah sebagai berikut.
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan
dalam pelayanan kesehatan, istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha
yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatakan infeksi. Tujuan akhirnya dalah
menggurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi
dengan cara membunuh atau menghambat perubahan mikroorganisme pada kulit dan
jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan
agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama
petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja
pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh
darah atau cairan tubuh disaat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua
darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri , jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri
endospora dari benda mati.
6.
Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan
sebagian besar(tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi
tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.
Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri
endospora
Pada makalah ini, kami akan membahas
secara spesifik mengenai salah satu tindakan pencegahan infeksi yaitu tindakan
desinfeksi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini dirumuskan menjadi enam pertanyaan.
1. Apa
yang dimaksud dengan desinfeksi?
2. Apa
saja jenis desinfeksi?
3. Bagaimana
cara desinfeksi?
4. Apa
saja macam desinfektan?
5. Bagaimana
cara kerja desinfektan?
6. Bagaimana
cara membuat larutan desinfektan?
C.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah
ini yaitu untuk mengetahui:
1. apa
yang dimaksud dengan desinfeksi;
2. jenis
desinfeksi;
3. cara
desinfeksi;
4. macam-macam
desinfektan;
5. cara
kerja desinfektan;
6. cara
membuat larutan desinfektan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah
proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup
dengan pengecualian pada endospora bakteri (A. Aziz Alimul H., 2012).
Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman
patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat
perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan
desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam dan menjemur dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi
ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek, kandungan zat organik, tipe
dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian
objek, suhu dan derajat keasaman (pH).
B.
Jenis
Desinfeksi
1.
Desinfeksi
Tingkat Tinggi
Desinfeksi tingkat
tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme kecuali spora bakteri. Teknik DTT
dapat digunakan pada alat-alat medis. DTT dapat dilakukan dengan merebus,
mengukus atau menggunakan bahan kimia.
a. DTT
dengan merebus
- 1) Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih2) Merebus selama 20 menit dalam panci tertutup3) Seluruh alat harus terendam4) Jangan menambah alat apapun ke air mendidih5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT, maksimal satu minggu
b. DTT
dengan mengukus
1) Kukus
alat selama 20 menit 2) Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya ua
4) Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
5) Keringkan dalam kontainer DTT
c. DTT
dengan kimia
1) Desinfektan
kimia untuk DTT 2) Klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%
3) Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas lalu keringkan
4) Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit
5) Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara
6) Segera pakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT
2.
Desinfeksi
Tingkat Sedang
Desinfeksi tingkat
sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
Desinfeksi tingkat sedang jarang dipakai di rumah sakit, namun bisa diterapkan
di rumah untuk mendesinfeksi peralatan dapur.
3.
Desinfeksi
Tingkat Rendah
Desinfeksi tingkat
rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan beberapa jamur
tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel
dan spora bakteri. Teknik ini tidak digunakan di rumah sakit, namun dapat
diterapkan untuk mendesinfeksi perabot rumah tangga.
C.
Cara
Desinfeksi
Menurut A. Aziz Alimul
H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu sebagai berikut.
1. Cara
desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
a. Cucilah
tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan alkohol 70%
b. Cucilah
luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya
c. Cucilah
kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%, kemudian
dengan alkohol.
d. Cucilah
vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya.
2. Cara
desinfeksi dengan mengoleskan
Prosedur kerja:
a. Oleskan
luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau
betadine
3. Cara
desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja:
a. Rendamlah
tangan dengan larutan lisol 0,5%
b. Rendamlah
peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
c. Rendamlah
alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
4. Cara
desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
a. Jemurlah
kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan masing-masing
permukaan selama 2 jam
D.
Macam-macam
Desinfektan
Desinfektan merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh
jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati. Disenfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan
antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan desinfektan digunakan pada benda
mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90%
jasad renik. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah
tangga, laboratorium, dan rumah sakit.
Banyak bahan kimia yang
dapat berfungsi sebagai desinfektan. Berdasarkan gugus yang dikandungnya,
desinfektan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus –COH
2. Golongan
alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus –OH
3. Golongan
halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau
yang mengandung gugus-X
4. Golongan
fenol dan fenol terhalogenasi
5. Golongan
garam amonium kuarterner
6. Golongan
pengoksidasi
7. Golongan
biguanida.
Berdasarkan
kemampuannya membunuh virus HIV dan Hepatitis B, desinfektan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut.
1. Golongan
pertama, yaitu desinfektan yang tidak dapat membunuh virus HIV dan Hepatitis B. Contoh desinfektan golongan ini adalah Klorhexidine (Hibitane, Savlon),
Cetrimide (Cetavlon, Savlon) dan Fenol-fenol (Dettol). Klorheksidine dan
cetrimide dapat digunakan sebagai desinfektan kulit. Fenol-fenol dapat
digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun
penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.
Desinfektan
golongan ini tidak aman digunakan untuk:
a. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan
dahak).
b. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh
misalnya sarung tangan yang terkena darah.
2. Golongan kedua yaitu
desinfektan yang dapat membunuh virus HIV dan Hepatistis B. Desinfektan
golongan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
a. Desinfektan yang
melepaskan klorin. Contohnya yaitu Natrium hipoklorit (pemutih), Kloramin (Natrium
tosilkloramid, Kloramin T), Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)
b.
Desinfektan yang
melepaskan Iodine, misalnya Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
Desinfektan yang
dapat digunakan sebagai antiseptik yaitu sebagai berikut.
1.
Alkohol 60-90%
(etil, atau isopropyl)
2.
Klorheksidin
glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).
3.
Klorheksidin
glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).
4.
Yodium 3%,
yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur).
5.
Iodofor 7,5-10%
berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).
6.
Kloroksilenol
0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol).
7. Triklosan 0,2-2%
Bahan-bahan
tersebut memiliki karakteristik masing-masing dalam membunuh mikroorganisme.
Karakteristik tersebut akan dijelaskan melalui tabel berikut.
Tabel 1 Aktivitas Mikrobiologis
Kelompok
desinfektan
|
Bakteri
gram positif
|
Bakteri
gram negatif terbanyak
|
TB
|
Virus
|
Jamur
|
Endospora
|
Tindakan
kecepatan relatif
|
|||
Alkohol 60-90%
|
Sangat baik
|
Sangat
baik
|
Sangat
baik
|
Sangat
baik
|
Sangat
baik
|
Nihil
|
Cepat
|
|||
Klorheksidin 2-4%
|
Sangat baik
|
Baik
|
Sedang
|
Sangat baik
|
Sedang
|
Nihil
|
Sedikit
|
|||
Iodin 3%
|
Sangat baik
|
Sangat baik
|
Sangat baik
|
Sangat baik
|
Baik
|
Sedang
|
Ditandai
|
|||
Iodofor 7,5-10% (betadine)
|
Sangat baik
|
Sangat baik
|
Sedang
|
Baik
|
Baik
|
Nihil
|
Sedang
|
|||
Para-kloro Metaksilenol (PCMX) 0,5-4%
|
Baik
|
Sangat baik
|
Sedang
|
Baik
|
Tidak diketahui
|
Tidak diketahui
|
Lambat
|
|||
Triklosan 0,2-2%
|
Sangat baik
|
Baik
|
Sedang
|
Sangat baik
|
Nihil
|
Tidak diketahui
|
Minim
|
Tabel
2 Kegunaan Potensial
Kelompok
desinfektan
|
Terinfeksi
bahan organik
|
Basuh
operasi
|
Persiapan
kulit
|
Keterangan
|
Alkohol 60-90%
|
Cukup
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
digunakan pada selaput lendir. Tidak baik untuk pembersihan kulit, tidak
bertahan lama
|
Klorheksidin 2-4%
|
Sedikit
|
Ya
|
Ya
|
Punya
daya tahan yang bagus, beracun untuk mata dan telinga
|
Iodin 3%
|
Ditandai
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
digunakan pada selaput lendir. Bisa membakar kulit, hilang setelah beberapa
menit
|
Iodofor 7,5-10% (betadine)
|
Cukup
|
Ya
|
Ya
|
Bisa
digunakan pada selaput lendir
|
Para-kloro Metaksilenol (PCMX) 0,5-4%
|
Minim
|
Tidak
|
Ya
|
Menembus
pada kulit, jangan digunakan pada bayi baru lahir
|
Triklosan 0,2-2%
|
Minim
|
Ya
|
Tidak
|
Penerimaan
pada tangan bervariasi
|
Setiap desinfektan
memiliki keuntungan dan kerugian. Berikut ini akan dijelaskan keuntungan dan
kerugiannya.
1. Alkohol
Keuntungan :
- a. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus.b. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam.c. Relatif murah dan tersedia di mana-mana
Kerugian :
a. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau
propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit.
b. Mudah mengeringkan
kulit.
c.
Mudah
diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
d.
Mudah terbakar
sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
e.
Merusak karet
atau lateks.
f. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih
2. Klorheksidin
Glukonat (CHG)
Keuntungan :
a.
Antimikrobial
spektrum luas.
b.
Secara kimiawi
aktif paling sedikit 6 jam.
c.
Perlindungan
kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan penggunaan ulang
d.
Pengaruh
material organik minimal.
e.
Tersedia produk
komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol.
Kerugian :
a. Mahal dan tidak selalu tersedia.
b.
Efek dikurangi
atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
c.
Tidak efektif
terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
d.
Tidak dapat
dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
e.
Hindari kontak
dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitis
3.
Larutan Yodium
dan Iodofor
Keuntungan :
a.
Efek
antimokrobial spektrum luas.
b.
Preparat yodium
cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
c.
Tidak
mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
d.
Larutan 3% tidak
menodai kulit.
Kerugian :
a. Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
b.
Iodofor
mempunyai efek residual yang kecil.
c.
Cepat
diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
d.
Yodium tinktur
atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah
kering (pakai alkohol).
e.
Absorpsi yodium
bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada
bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989).
f.
Reaksi alergi
terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi
4.
Kloroheksilenol
Keuntungan :
a.
Aktivitas
bersepektrum luas.
b.
Hanya sedikit
efeknya terhadap materi organik.
c.
Efek residu
tahan sampai beberapa jam.
d.
Minimal efek
oleh bahan organik.
Kerugian :
a. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik),
penggunaan untuk persiapan kulit berkurang.
b. Tidak boleh
digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan
potensial meracuni.
5.
Triklosan
Keuntungan :
a.
Aktivitas
berspektrum luas.
b.
Persistensi
sangat bagus.
c.
Sedikit efeknya
oleh bahan organik.
Kerugian :
a. Tidak ada efeknya terhadap Paeruginosa atau baksil
gram negatif lain.
b.
Bakteriostatik
(hanya mencegah pertumbuhan)
Kriteria desinfektan yang ideal
adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamar; aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH, temperature dan
kelembaban; tidak toksik pada hewan dan manusia; tidak bersifat korosif; tidak
berwarna dan meninggalkan noda; tidak berbau; bersifat biodegradable/mudah
diurai; larutan stabil; mudah digunakan dan ekonomis; serta aktivitasnya berspektrum
luas.
E. Cara
Kerja Desinfektan
Menurut prosesnya, cara kerja desinfektan yaitu sebagai berikut.
1. Denaturasi protein mikroorganisme, yaitu
dengan mengubah struktur mikroorganisme hingga sifat-sifat khasnya hilang.
2.
Pengendapan protein dalam protoplasma
(zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan garam logam).
3.
Oksidasi protein(Oksidanasia).
4.
Mengganggu sistem dan proses enzim
(zat-zat halogen, alkohol ,dan garam logam).
5.
Modifikasi dinding sel atau membran
sitoplasma (desinfektasi dengan aktivitas permukaan).
F.
Cara
Membuat Larutan Desinfektan
Berikut ini adalah cara
membuat larutan desinfektan dengan bahan berupa sabun, lisol/kreolin, dan
savlon.
1. Sabun
Alat/bahan: - a. Sabun padat/krim/cairb. Gelas ukuranc. Timbangand. Sendok makane. Alat pengocokf. Air panas/hangat dalam tempatnyag. BaskomProsedur kerja:a. Masukkan 4 gram sabun padat atau krim ke dalam 1 liter air panas/hangat, kemudian diaduk sampai larut.b. Masukkan 3 cc sabun cair ke dalam 1 liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.
Alat/bahan:
- a. Larutan lisol/kreolinb. Gelas ukuranc. Baskom berisi airProsedur kerja:a. Masukkan larutan lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan.b. Masukkan larutan lisol/kreolin 2% sebanyak 20 cc atau larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30 cc ke dalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk merendam peralatan medis.3. SavlonAlat/bahan:a. Savlonb. Gelas ukuranc. Baskom berisi air secukupnyaProsedur kerja:a. Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter airb. Masukkan larutan savlon 1% sebanyak 10 cc ke dalam 1 liter air.Adapun rumus yang dapat digunakan untuk membuat larutan desinfektan yaitu sebagai berikut.Jumlah bagian (JB) air = % larutan konsentrat / % larutan yang diinginkan - 1JB air = 5,0 % / 0,5 % - 1 = 10 - 1 = 9Jadi tambahkan 9 bagian air (air tidak perlu dimasak) ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat. Dapat disimpulkan bahwa terdapat rumus 9 : 1 (air : klorin).Contoh soal:1. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 500cc2. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 1 literJawab:1. Air = 9 / 10 x 500cc = 450ccKlorin = 1 / 10 x 500cc = 50cc2. 1 liter = 1000ccAir = 9 / 10 x 1000cc = 900ccKlorin = 1 /10 x 1000cc = 100ccBAB IIIPENUTUPA. SimpulanBerdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.1. Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.2. Berdasarkan jenisnya, desinfeksi dibagi menjadi tiga yaitu desinfeksi tingkat tinggi, desinfeksi tingkat sedang dan desinfeksi tingkat rendah.3. Desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu cara desinfeksi dengan mencuci, cara desinfeksi dengan mengoleskan, cara desinfeksi dengan merendam dan cara desinfeksi dengan menjemur.4. Berdasarkan gugus yang dikandungnya, desinfektan dapat dikelompokkan menjadi golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alcohol, golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi dan golongan biguanida. Sedangkan berdasarkan kemampuannya membunuh virus HIV dan Hepatitis B, desinfektan dapat dikelompokkan menjadi golongan pertama, yaitu desinfektan yang tidak dapat membunuh virus HIV dan Hepatitis B dan golongan kedua yaitu desinfektan yang dapat membunuh virus HIV dan Hepatistis B5. Cara kerja desinfektan menurut prosesnya yaitu dengan denaturasi protein mikroorganisme, pengendapan protein dalam protoplasma, oksidasi protein, mengganggu sistem dan proses enzim, dan modifikasi dinding sel atau membran sitoplasma6. Cara membuat larutan desinfektan dengan bahan berupa sabun, lisol/kreolin, dan savlon terlampir pada bab II.B. SaranBerdasarkan uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak terkait sebagai berikut.1. Kepada semua pihak yang terkait di pelayanan kesehatan baik klinik, puskesmas, rumah sakit dan lain-lain, agar menerapkan metode desinfeksi sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. Karena angka penularan infeksi merupakan salah satu indikator penerapan patient safety.DAFTAR PUSTAKAHidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Http://ahmadmuzaki47.blogspot.co.id. 2011. Desinfeksi.Diunduh 15 Oktober 2015. Pukul 16.00 WIB.Http://www.scribd.com. Desinfeksi, Sterilisasi, Aseptik dan Antiseptik. Diunduh 15 Oktober 2015. Pukul 16.05 WIB.Http://darjonersacademy.blogspot.co.id. 2011. Sekilas Tentang Desinfeksi dan Antiseptik. Diunduh 27 Oktober 2015. Pukul 15.00 WIB.Http://dr-suparyanto.blogspot.co.id. 2011. Konsep Desinfektan. Diunduh 27 Oktober 2015. Pukul 15.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar