SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik :
Penyuluhan Hipertensi
Hari/Tanggal :
Minggu, 10 Januari 2015
Waktu Pertemuan :
40 Menit
Tempat :
Balai Kelurahan Cimanuk, Surabaya
Sasaran :
Bapak/Ibu RT 1 Kelurahan Cimanuk Surabaya
A. Tujuan
1. TIU
(Tujuan Instruksional Umum)
Setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan bapak/ibu RT 1
Kelurahan Cimanuk Surabaya dapat mengetahui konsep dasar hipertensi, pencegahan
dan penanganan hipertensi sejak dini dengan tepat.
2. TIK
(Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan
bapak/ibu RT 1 Kelurahan Cimanuk Surabaya dapat :
a.
Memahami
pengertian hipertensi dengan benar secara mandiri
b.
Mengetahui
klasifikasi hipertensi dengan benar
c.
Mengetahui
penyebab hipertensi dengan benar
d.
Mengetahui
tanda dan gejala hipertensi dengan benar
e.
Mengetahui
komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi dengan benar
f.
Memahami
penatalaksanaan hipertensi dengan benar
g.
Mengetahui
pencegahan hipertensi dengan benar
B. Sub
Pokok Bahasan
1.
Pengertian
hipertensi
2.
Klasifikasi
hipertensi
3.
Penyebab
hipertensi
4.
Tanda
dan gejala hipertensi
5.
Komplikasi
pada penderita hipertensi
6.
Penatalaksanaan
hipertensi
7.
Pencegahan
terjadinya hipertensi
C. Pengorganisasian
1.
Moderator : Dwiyantona
2.
Penyaji : Ari Gunawan
3.
Observer : Wikryantana
4.
Fasilitator : Pakis Saputra
5.
Pembimbing : Willi Kresnanda S.Kep., M.Kes.
D. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab.
E.
Media : leaflet, LCD Proyektor (PPT).
F.
Kegiatan
Penyuluhan
Tahap/waktu
|
Kegiatan Penyajian
|
Kegiatan Sasaran
|
Metode
|
Media
|
Pembukaan (5 menit)
|
1.
Meberikan salam
2.
Perkenalan dan kontrak waktu
3.
Doa pembuka
4.
Menyampaikan tujuan penyuluhan
5.
Menyampaikan ruang lingkup materi yang akan disampaikan dan metode yang
akan digunakan
6.
Menggali pengetahuan peserta tentang hipertensi
|
1.
Menjawab salam
2.
Menyimak dan memperhatikan penyaji
3.
Peserta ikut berdoa
4.
Menjawab pertanyaan penyaji
|
Diskusi dan Tanya Jawab
|
-
|
Penyajian
(15 menit)
|
1. Menjelaskan isi materi tentang hipertensi meliputi:
-
Pengertian hipertensi.
-
Klasifikasi hipertensi
-
Penyebab hipertensi
-
Tanda dan gejala hipertensi
-
Komplikasi pada penderita hipertensi
-
Penatalaksanaan hipertensi
-
Pencegahan terjadinya hipertensi
|
1. Peserta tenang
2. Peserta mendengarkan materi yang disampaikan
3. Peserta memperhatikan penyaji
4. Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji.
|
Ceramah
|
LCD Proyektor
(PPT)
|
Diskusi
(10 menit)
|
1.
Memberikan kesempatan pada peserta untuk menanyakan hal yang tidak
dipahami
|
1.
Peserta aktif bertanya dan mengungkapkan pendapatnya
|
Diskusi dan Tanya Jawab
|
-
|
Penutup
(10 menit)
|
1.
Mengevaluasi secara verbal dengan cara menanyakan sub pokok bahasan materi yang telah disampaikan pada peserta
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
|
1.
Peserta menjawab pertanyaan dengan tepat
2.
Peserta memperhatikan
3.
Peserta menjawab salam
|
Tanya Jawab dan Ceramah
|
Leaflet
|
G.
Evaluasi
Kriteria Hasil :
a.
Evaluasi
struktur
SAP
sudah siap sebelum kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Penyuluhan dilakukan di balai Kelurahan Cimanuk, Surabaya. Pengorganisasian
dilakukan pada hari sebelumnya, penyaji juga melakukan persiapan pengetahuan
dengan membaca literature yang didapat dari perkuliahan.
b.
Evaluasi
proses
Peserta antusias terhadap kegiatan penyuluhan dan
tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai.
c.
Evaluasi
hasil
-
80% peserta dapat memahami dan menyebutkan kembali konsep dasar
hipertensi yaitu pengertian, klasifikasi,
penyebab, tanda
dan gejala, komplikasi
dengan tepat secara mandiri.
-
80% peserta dapat menyebutkan cara pencegahan dan penanganan hipertensi dengan
benar secara mandiri.
DAFTAR
HADIR
Nama Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi
Tanggal :
Minggu, 10 Januari 2015
Jam : 08.30 – 09.30 WIB
Tempat : Balai Kelurahan Cimanuk Surabaya
NO
|
NAMA PESERTA
|
NOMOR TELEPON
|
ALAMAT
|
TTD
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN MATERI
A.
Definisi
Hipertensi
Berikut ini
adalah beberapa pengertian hipertensi menurut para ahli.
1. Menurut
Smith Tom (1995) dalam Padila (2013), hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg.
2. Menurut
Ignatavicus (1994) dalam Wajan Juni Udjianti (2010), hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
yang terjadi pada seseorang pada tiga kejadian terpisah.
3. Menurut
WHO dalam Wajan Juni Udjianti (2010), batasan tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
B.
Klasifikasi
Hipertensi
Berikut ini adalah klasifikasi
hipertensi menurut JNC 7 (2003) dalam Arif Muttaqin (2009).
Klasifikasi
|
Tekanan Sistolik (mmHg)
|
Tekanan Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Prehipertensi
|
120-139
|
80-89
|
Hipertensi stage I
|
140-150
|
90-99
|
Hipertensi stage II
|
>150
|
>100
|
Tabel 1.
Klasifikasi Hipertensi
C.
Penyebab
Hipertensi
Menurut Lany
Gunawan (2001) dalam Padila (2013), hipertensi dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu:
1. Hipertensi
essensial (hipertensi primer) yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi
primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi primer.
Berikut ini faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi primer menurut Padila
(2013).
1. Faktor
keturunan
Dari data statistik terbuka bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri
perseorangan
Ciri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Kebiasaan
hidup
Kebiasaan hidup yang
sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebih, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (aphedrine, predrison, epineprin).
Sedangkan
hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Wajan Juni
Udjianti, 2013).
1. Penggunaan
kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang
berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volumeexpansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah
beberapa bulan.
2. Penyakit
parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab
utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan
satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
arterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi ,dan perubahan
struktur, serta fungsi ginjal.
3. Gangguan
endokrin
Disfungsi medulla
adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan
kelebihan primer aldesteron, kortisol dan katekolamin. Pada aldosteronisme
primer, kelebihan aldesteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.
Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.
Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan
sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Chusing, kelebihan
glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Chusing’s mungkin
disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
4. Coarctation
aorta
Merupakan penyempitan
aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik aorta
abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
5. Neurogenic:
tumor otak. Encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
6. Kehamilan.
7. Luka
bakar.
8. Peningkatan
volume intravaskuler.
9. Merokok.
Nikotin dalam rokok
merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin meneyebabkan
iritabilitaas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan
vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya,
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu sebagai berikut.
1.
Peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg
2.
Sakit kepala
3.
Pusing / migraine
4.
Rasa berat
ditengkuk
5.
Penyempitan
pembuluh darah
6.
Sukar tidur
7.
Lemah dan lelah
8.
Nokturia
9.
Gelisah
10. Sulit
bernafas saat beraktivitas
11. Mual dan muntah
12. Kesadaran menurun
E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit hipertensi adalah sebagai berikut.
1.
Penyakit pembuluh darah otak seperti
stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
2.
Penyakit jantung seperti gagal jantung,
angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3.
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4.
Penyakit mata seperti perdarahan retina,
penebalan retina, oedema pupil
F. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi
secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut.
1.
Penanganan tanpa obat (non farmakologis)
Penanganan
tanpa obat yang dapat dilakukan adalah :
a. Diet
rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
c. Ciptakan
keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,
yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan
tekanan darah.
d. Melakukan
olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4
kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi atau tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
2.
Penanganan dengan obat-obatan (farmakologis)
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan
cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatnya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini
adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan
pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obatnya adalah Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada
penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah
yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada
pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang
termasuk dalam golongan ini adalah Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala dan
pusing.
e. Penghambat
ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
f. Antagonis
kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa
jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Obat yang
termasuk golongan ini adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping
yang mungkin timbul yaitu sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat
reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan
pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
G.
Pencegahan
1. Pencegahan
primer
Pencegahan
primer dilakukan pada individu yang belum menderita hpertensi. Tujuannya yaitu
mencegah terjadinya hipertensi pada individu tersebut. Berikut ini adalah
hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi.
a. Mengatur diet agar
berat badan tetap ideal dan
untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dan sebagainya. Pengaturan diet sangat penting untuk mencegah
hipertensi, berikut adalah diet yang perlu dilakukan.
1)
Makanan yang
boleh dikonsumsi
a)
Sumber
kalori
Beras, tales, kentang, macaroni, mie, bihun, tepung-tepungan, gula.
b)
Sumber
protein hewani
Daging, ayam, ikan, semua terbatas kurang lebih 50
gram perhari, telur ayam, telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
c) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu, tempe, oncom.
d) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, taoge,
labu siam, oyong, wortel.
f) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
g) Bumbu
Pala, kayu manis, asam, gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.
h) Minuman
Air putih, teh, jus buah.
2)
Makanan yang
tidak boleh dikonsumsi
a)
Makanan yang
banyak mengandung garam
-
Biscuit, krakers, cake dan kue lain yang dimasak
dengan garam dapur atau soda.
-
Dendeng, abon, cornet beaf, daging asap, ikan asin, ikan pindang, sarden ikan
teri, telur asin.
-
Keju,
margarine dan mentega.
-
Makanan yang
banyak mengandung kolesterol
-
Kurangi
konsumsi makanan cepat saji dan makanan ringan karena banyak mengandung garam.
b) Makanan dari bahan hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.
c) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
-
Lemak hewani: Sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.
-
Lemak
nabati: Kelapa, minyak kelapa, margarine, alpokat.
d) Makanan yang banyak menimbulkan gas
-
Kol, sawi,
lobak, dll.
e)
Hindari
minum kopi berlebih dan jangan mengkonsumsi minuman beralkohol.
b.
Dilarang merokok
atau menghentikan merokok.
c.
Merubah kebiasaan
makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d.
Melakukan exercise
untuk mengendalikan berat badan.
e. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai
40 tahun.
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder
dilakukan bila individu telah diketahui menderita
hipertensi. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya keparahan dan komplikasi akibat hipertensi. Berikut ini adalah hal
yang perlu dilakukan.
a. Pengelolaan secara
menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan
seperti pada pencegahan primer.
b. Jangan
menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk
dokter.
c. Konsultasikan
dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada
obat yang dapat memperburuk hipertensi.
d.
Harus dijaga supaya
tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil.
e.
Faktor-faktor
resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
f.
Batasi aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Pengantar dan Teori. Jakarta:
Salemba Medika.
Padila.
2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Udjianti,
Wajan Juni. 2010. Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Http://lindamariani.blogspot.co.id.
2013. Makalah Tentang Penyakit Hipertensi. Diunduh 1 Januari 2016. Pukul 08.00 WIB.
Http://lpkeperawatan.blogspot.co.id. 2013. Laporan
Pendahuluan Hipertensi. Diunduh 1 Januari 2016. Pukul 08.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar