Sabtu, 17 September 2016

Sifat Holistik Keperawatan Gerontik



Fenomena Keperawatan Gerontik
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Penuaan didalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum usia lanjut akibat dari proses penuaan
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1.       Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang perosnal hygiene; kebersiha gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu , kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga, kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan, makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna.
2.       Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal ini perlu di perhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu di cegah agar tidak terjadi dekubitus

Pengertian Sifat Keperawatan Gerontik
Kata “sifat” (traits) dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Alford, seorang ahli psikologi yang sangat terkenal dalam uraiannya tetntang kepribadian (personality) mengemukakan pendapatnya tentang sifat (trait) itu sebagai berikut: “....sifat (sifat-sifat) ialah disposisi yang dinamis dan fleksibel, yang dihasilkan dari pengintegrasian kebiasan-kebiasaan khusus/tertentu, yang menyatakan diri sebagai cara-cara penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya. Sesuai dengan batasan diatas, dapat juga dikatakan bahwa tingkah laku seseorang yang merupakan sifat itu lebih diatur/dipengaruhi dari dalam diri individu itu sendiri,  dan relatif bebas dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar. Atau secara sederhana dapat dikatakan: sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit.
Jadi sifat keperawatan gerontik secara arti kata dapat diartikan sebagai sesuatu yang berasal dari dalam diri seorang perawat gerontik (perawat lansia) yang ditunjukkan atau diungkapkan dalam bentuk sikap dan perilaku kepada klien, yang dalam hal ini adalah seorang lansia.

Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik
Terdapat empat sifat pelayanan keperawatan gerontik, yaitu sebagai berikut.
1.      Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2.      Interdependent
3.      Humanistik (secara manusiawi)
4.      Holistik (secara keseluruhan)

Sifat Keperawatan Holistik
Holistik pada lanjut usia merupakan cara memandang lansia sebagai bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan masyarakat.
Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar