Fenomena Keperawatan Gerontik
Fenomena yang
menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Penuaan didalam
masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum usia lanjut akibat dari proses penuaan
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan
disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif,
antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan
dapat berupa dukungan tentang perosnal hygiene; kebersiha gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu , kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku,
mata serta telinga, kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan,
makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah
dicerna.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang
tergantung pada orang lain. Hal ini perlu di perhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia
aktif dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi
yang lumpuh, perlu di cegah agar tidak terjadi dekubitus
Pengertian Sifat Keperawatan
Gerontik
Kata “sifat”
(traits) dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap
(hampir tetap) pada seseorang. Alford,
seorang ahli psikologi yang sangat terkenal dalam uraiannya tetntang
kepribadian (personality) mengemukakan pendapatnya tentang sifat (trait) itu
sebagai berikut: “....sifat (sifat-sifat) ialah disposisi yang dinamis dan
fleksibel, yang dihasilkan dari pengintegrasian kebiasan-kebiasaan
khusus/tertentu, yang menyatakan diri sebagai cara-cara penyesuaian yang khas
terhadap lingkungannya. Sesuai dengan batasan diatas, dapat juga dikatakan
bahwa tingkah laku seseorang yang merupakan sifat itu lebih diatur/dipengaruhi
dari dalam diri individu itu sendiri, dan relatif bebas dari
pengaruh-pengaruh lingkungan luar. Atau secara sederhana dapat dikatakan: sifat
merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cenderung bersifat
tetap/stabil.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan
yang professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik,
mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah
berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit.
Jadi sifat keperawatan gerontik secara arti kata dapat
diartikan sebagai sesuatu yang berasal dari dalam diri seorang perawat gerontik
(perawat lansia) yang ditunjukkan atau diungkapkan dalam bentuk sikap dan
perilaku kepada klien, yang dalam hal ini adalah seorang lansia.
Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik
Terdapat
empat sifat pelayanan keperawatan gerontik, yaitu sebagai berikut.
1. Independent
(layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik
(secara manusiawi)
4. Holistik
(secara keseluruhan)
Sifat Keperawatan Holistik
Holistik pada lanjut
usia merupakan cara memandang lansia sebagai bagian masyarakat dan keluarga
sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya
keluarga dan masyarakat.
Holistik
merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi
dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes).
Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi
yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai
kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah
kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy
dapat digunakan.
Teori ini
menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan
adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan
dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam
beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat
kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang
pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis,
psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep
holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar